Sep 4, 2008

Ubi Caritas Et Amor



Baru saja lepas dari pengukur waktu untuk menghitung berapa lama saya "menganggur". Tujuh tahun (yang berawal dari Agustus 2001) bukanlah waktu pendek untuk menjalani hidup sebagai orang rumahan. Sebagai bapak rumah tangga.

Karena saya bukan selebiritis maka tak kan saya ucap bahwa hidup ini biarkan mengalir saja. Ada tangan besar yang menuntun saya (tanpa sadar) menjalani track yang nyaris baku. Ada skenario besar yang bahkan logika saya pun perlu bertahun-tahun untuk menebak endingnya. Tak ada yang serba kebetulan. Atau sekadar terapung tanpa panduan Sang Nakhoda Agung.

Tujuh tahun waktu yang saya butuhkan hingga sedikit tahu apa yang sesungguhnya dimauiNya dengan status penganggur yang dilekatkanNya pada saya.

Menjadi penghibur dan penyapa ternyata adalah peran kecil yang diberikanNya pada saya. Tentu tak ada yang gratis. Walau tak saya minta, semua ada upahnya.
Semua sudah disiapkanNya; yang kecil, yang besar, hingga yang bahkan tak pernah berani saya impikan.

Ubi Caritas Et Amour
Deus ibi est
Bila ada cinta dan kasih
Disitu ada Allah


Bila ada yang sedang sakit
Datanglah menghiburnya

Bila ada yang putus asa
Bawalah harapan yang teguh



Sungguh menyenangkan menjadi kepanjangan tanganNya
dalam menciptakan dan memelihara isi dunia.

Terima kasih Tuhan atas pelibatan diriku dalam proyek besarMu!

(refleksi saat mengunjungi keluarga yang berduka di RS. Bhakti Kartini, Bekasi. Keluarga yang perlu kejelasan dari Allah atas kesehatan sang ibu yang bertarung dengan maut. Ah, saya jadi ingat ibu saya...)


original post by anang, yb