Feb 22, 2008

Rasul yang terlambat 52 jam


"... saya tidak percaya bahwa dalam urusan dunia,
Tuhan melempar dadu" -Albert Einstein.

Sembilan hari di Senakin, Kalimantan Selatan harus saya bayar dengan mahal: hilangnya kesempatan menjadi lektor*. Setidaknya hingga tiga tahun ke depan!

Entah kenapa, keinginan menjadi lektor (semacam qori/qoriah) tiba-tiba muncul saat kesempatan itu dibuka di paroki saya. Romantisme lama di masa muda dulu pun muncul kembali. Di gereja kecil di pelosok Bantul sana, saya sering mendapat kehormatan membaca kutipan kitab suci saat misa kudus hari raya Natal dan Paskah. Yah, belasan tahun yang lalu....

Untuk itulah, walau tak muda lagi (dan memang tak harus orang muda) saya pun dengan mantap menyerahkan sepenggal hidup saya untuk menjadi lektor.

***

17 Februari 2008 adalah saat yang paling ditunggu. Di hari itulah semua lektor baru di paroki saya dilantik di hadapan ratusan umat dalam misa kudus hari minggu pagi.

Tapi saya tidak ada di sana! Saya masih di dalam belantara hutan Kalimantan! Sedih, kecewa, dan rasanya begitu kehilangan...
Sekedul kegiatan survei di hutan Kalimantan semestinya sudah selesai dua hari sebelum pelantikan lektor berlangsung. Tapi banyak 'kebetulan' yang membuat saya terpenjara di hutan Kalimantan.
Kebetulan pesawat Riau Air sedang grounded sehingga saya harus menempuh perjalanan panjang dan berliku selama nyaris dua hari untuk memburu jadual pelantikan lektor. Mulai naik mobil menyusuri hutan dan tambang batubara, dilanjutkan naik speed-boat, menginap sebentar di Pulau Laut, dilanjutkan naik ferry, disambung dengan naik mobil selama 7 jam non stop melintasi jalan rusak hingga tengah malam baru tiba di Banjarbaru. Esok pagi jam 9.20 wita saya baru bisa terbang ke Jakarta.

Saya tiba jam 12 siang. Tapi bukan hari Minggu, saya tiba di Cengkareng hari Selasa. Saya terlambat 52 jam!

***

Buku berjudul "When God Winks -menangkap isyarat Tuhan dari Peristiwa-peristiwa Kebetulan" menemani saya sepanjang hari selama di Kalimantan, termasuk saat di dalam pesawat terbang.

Ada berapa banyak "kebetulan" yang saya terima selama di Kalimantan? Ah, cukup banyak.
Kebetulan - pesawat Riau Air sedang grounded sehinga saya tidak bisa selekasnya masuk dan keluar lokasi survei di tengah hutan Kalimantan.
Kebetulan - pelaksanaan kegiatan survei tersendat-sendat karena dua pihak yang berselisih tidak semuanya kooperatif. Oh ya, saya di sana menjadi -semacam- tim pencari fakta atas konflik lahan dua pengusaha kehutanan.
Kebetulan - saya menggunakan SIM card Mentari yang nyata-nyata "tidak bersinar" sama sekali di daerah pelosok


Sekadar kebetulan kah? atau ada isyarat yang hendak disampaikanNya melalui rentetan peristiwa kebetulan tersebut?

***
S. Quire Rushnell, penulis buku "When God Winks" telah berhasil menghibur saya. Katanya, hidup kita bukanlah suatu kumpulan dari pengalaman acak yang membawa kita bagaikan setangkai ranting yang hanyut di aliran sungai ke tujuan yang tidak diketahui. Kita adalah bagian dari sebuah rencana yang jauh lebih besar.

Seperti kebanyakan orang, saya pun menyimpan kecurigaan kecil yang sangat jarang diutarakan. Bahwa ada sesuatu yang lain dari seuatu peristiwa kebetulan, sesuatu yang khusus dan nyaris spiritual. Dengan tidak membiarkan peristiwa kebetulan terlupakan begitu saja, serta dengan meyakini bahwa Tuhan tidak pernah melempar dadu di setiap hidup kita, saya pun bisa tersenyum walau impian merasul lewat peran sebagai lektor musti saya pupus. Biarpun serangkaian proses mulai dari audisi, latihan, bahkan rekoleksi menjelang pelantikan menjadi lektor telah saya lalui. Tapi nyatanya Dia merancang saya untuk berada di belantara hutan Kalimantan saat pelantikan lektor musti saya jalani. Bisa jadi DIA sudah menyiapkan peran lain untuk saya.

SMS dari koordinator lektor paroki kembali saya baca, tapi kini dengan senyum ikhlas:
"...aduh sayang amat ya mas Anang. Pdhl sdh ikut dr pertama. Gpp deh, dicoba lg 3 thn lg. Good luck ya."


* Lektor adalah hamba Tuhan yang telah ditunjuk oleh Allah sendiri untuk menjalankan tugas penyampaian firman Tuhan dengan suara yang lantang dan suara dari hati yang penuh sukacita selama perayaan Misa kudus.


original post by anang, yb