Jul 28, 2008

Beranikah kamu mengukur perjalanan spiritualmu?

Statue erected to celebrate the inclusion of W...Image via WikipediaTiba-tiba saja kaki saya terayun ke kamar bermain di lantai dua. Di sana ada dua lemari kembar berisi kumpulan buku, saya menganggapnya sebagai perpustakaan. Entah mengapa, tangan saya terjulur dan selanjutnya kelima jari kanan saya tau-tau sudah menjepit buku berjudul "Perjalanan Spiritual" tulisan M.A.W. Brouwer. Buku ini adalah satu dari sepertiga koleksi buku saya yang masih bersegel rapat. Ya, jujur saja masih cukup banyak buku yang belum terbaca.

Mengapa jemari saya mendadak menarik buku bersampul kuning ini? Ah, nanti juga ketauan apa mauNya dengan memaksa saya membaca buku ini. Setidaknya saya meyakini ditanganNya tak ada istilah kebetulan.

Perjalanan spiritual? Ah, -jujur saja- frase itu begitu menakutkan untuk dijadikan bahan posting di blog ini! Andai boleh berkelit, saya akan lebih senang disuruh menjabarkan perjalanan karier saya. Gampang saja. Saya bisa mulai dari bulan Februari 1996 saat diwisuda, lantas mengembara di Jakarta menjadi karyawan perusahaan konsultan, hingga Agustus 2001 nekad menjadi orang rumahan: konsultan self employed.

Tapi tidak, topik yang musti saya tulis adalah perjalanan spiritual, bukannya perjalanan karier! Dari titik mana saya musti merangkai awal perjalanan? Dari lahir saat dituangi air suci? Atau diringkas saja sejak saya cukup tahu soal spiritualitas? Atau saat saya disadarkan bahwa menjadi pelayan Tuhan justeru mendatangkan berkah dan rejeki berlimpah? Ah, kawan. Saya belum cukup berani untuk menengok ke belakang merangkai kembali tahap perkembangan spiritualitas saya.

Akan tiba waktunya dimana saya akan merangkai kisah perjalanan spiritualitas saya. Laksana Jenderal yang masih berkuasa, saya belum siap untuk terlihat kecil dan penuh debu.

Namun setidaknya, ada pencapaian yang musti sesegera mungkin saya tuju dalam perjalanan spiritualitas ini.

Menjadi yang terkecil saat berada di depan
Menjadi terang saat semua lebih suka kegelapan
Lebih ingin memahami daripada dipahami
Mengasihi Tuhan dengan lebih sederhana
Mengasihi pasangan tanpa syarat
Mengasihi buah hati seperti melindungi biji mata


Beri aku kekukatan untuk menempuh perjalanan spiritual ini, dan membeberkannya di blog ini!

original post by anang, yb
Zemanta Pixie