Apr 8, 2008

Ketika Pak Royo Meradang..


Nguiing.. nguing...
Busyet dah! Tengah malem begini kok ada yang nekad menelepon saya. Pasti bukan customer yang ngebet cari citra satelit atau sekadar tanya trik berbohong dengan peta. Lha dalah! Yang nelepon orang yang sangat penting. Pak Royo si pakar selebmatika! (saya langsung tahu karena semua nomor selebritis saya masukkan di ponsel saya).

"Halo, Saya Royo", sapanya halus. Mirip tekanan suara seorang priyagung kraton dalam pentas kethoprak Among Budoyo.

"eh.. iya. Saya Anang", jawab saya rada gagap. Biarpun suka sok-sok an kalau posting di blog, tapi kalau ngomong langsung seringkali saya grogi juga.

"Saya tidak cukup mengenal anda. Karena itu saya berusaha hormat kepada anda. Sayangnya Anda tidak cukup santun dalam menuangkan gagasan, pikiran, dan ide-ide anda di internet."

Saya cuma terdiam karena tahu kalimat barusan sekadar preambul, pengantar dari suatu kalimat inti yang ditahan-tahan.

"Saya protes keras atas tulisan anda di blog. Anda tidak pantas menuduh saya pakar asbun. lebih-lebih anda seorang jurnalis. Semestinya anda bisa chek and recheck, menerapkan both side story, tulisan yang berimbang, berwawasan, menghayati makna kebebasan yang bertanggung-jawab!"

Saya garuk-garuk kepala. Dalam hati saya bertanya, ini Pak Royo atau Bung Harmoko?

"Maaf" sela saya, "saya juga mau protes kalau boleh. Pertama saya bukan jurnalis. Memang saya beristrikan orang koran. Tapi isteri saya bukan di bagian yang suka tanya sana-sini itu. Isteri saya cuma bagian yang ngurusin jatah koran buat cukong koran."

"Bagi saya tidak ada bedanya." potong Pak Royo. "Anda pengganggur dan hidup anda seratus persen mengandalkan dari gaji isteri anda yang bekerja di industri pers. Jadi anda pun bagian dari kapitalis jurnalis." kata Pak Royo tegas.

Busyet dah! Makin ngaco juga pakar satu ini.

"Oh ya. protes satu lagi. Saya menyebut anda asbun bukan tanpa dasar!" sergah saya rada berani.

"Maksud anda?"

"Lha bukankah sebelum anda ngaku-ngaku sebagai pakar selebmatika, anda dulu cuma lulusan fakultas Perkebunan UGM . Pernah juga kerja di kebun jambu monyet sebagai ASBUN alias Asisten Perkebunan? "

"Anda jangan membelokkan pembicaraan. Itu masa lalu saya, dan itu tidak ada hubungannya dengan statement anda yang asbun." sahut Pak Royo sengit.

"Justeru anda yang asbun dan nyata-nyata melanggar privacy saya. Naskah yang anda gugat belum saya publish, dan baru akan nongol dua hari ke depan. Anda tahu kalau di blogspot sekarang ada fasilitas scheduled post?"

"Saudara Anang!" Pak Royo tampaknya makin meradang. "Saya tidak suka blog! Camkan itu! Saya tidak melanggar privacy. Setting blog anda gampang dilacak dengan melihat sekilas dari metadatanya. Jadi jangan salahkan saya atas keteledoran anda sendiri."

"Stop-stop! sudahlah. Ini sudah terlalu malam. Isteri saya sedang diare dan baru bisa tidur lelap sejam lalu!"

"Okey. Terserah anda, bung Anang! Anda mungkin menganggap hal ini sesuatu yang sepele, tapi mungkin tidak cukup sepele untuk kelangsungan perusahaan isteri Anda.."

Saya pun balas meradang. Siapa pun boleh menekan saya, tapi jangan sekali-kali di alamatkan ke anak dan isteri saya! Saya bangkit berdiri dan buuuk...! Saya terjengkang!

"Halah bapak! Mimpi lagi tho.. !"Gerutu anak saya sambil merengut.
"Katanya mau mbikin sarapan nasi goreng. Cepetan dong. Ini udah hampir jam enam pagi. Ntar telat!"

Saya mengucek mata saya yang masih kabur. Untung cuman mimpi! Saya tidak membayangkan betapa gemetarnya dengkul saya kalau benar-benar berhadapan dengan orang penting atau orang yang dekat orang penting gara-gara omongan ngalor-ngidul di blog. Apa mimpi saya terbawa oleh kejadian yang menimpa anak baptis saya , ya?


original post by anang, yb