Dec 17, 2007
Hakekat Berkurban
(halaaah...! Judulnya AA Gym buanget)
"Rejeki manusia itu sudah ada yang ngatur." tutur Pak Sopir sambil merebahkan tubuh gendutnya di lantai berkarpet merah.
Saya sekadar menyungging senyuman kecil sebagai tanda bahwa saya merespon omongannya. Suasana senja di sekeliling wisma MM-UGM Jogja tempat kami menginap lebih menarik perhatian saya, daripada topik pembicaraan yang saya anggap sudah jadul itu.
"Jadi..," lanjut Pak gendut, "Biarpun kita mati-matian cari duit sampai jungkir balik kayak apa, kalau jatah kita dari Alloh cuma lima liter, ya... cuman lima liter itu yang bakal kita terima!"
Kali ini saya menoleh. Lumayan engak setuju karena pernyataan tadi rada mengabaikan sisi perjuangan dan kemampuan akal budi manusia. Tapi saya memilih diam.
"Mangkanya saya Ridho tetap menjadi sopir, biarpun orang-orang melarat yang dulu saya antar ke Gunung Kawi, Pantai selatan, atau tempat semedi lainnya sekarang sudah kaya raya. Jadi Dokter, Bupati, Komandan, anggota dewan....".
Saya yang sebetulnya sudah kebelet bikin slide powerpoint GIS untuk Puskesmas menjadi gatal lidah. Berkatalah saya setengah asal nyeplos. "Tapi -menurut saya- bisa kok kita dapat tambahan tiga liter meskipun kita sudah dikasih lima liter, Pak."
Pak gendut tidak menggeleng walau sorot matanya menandakan penolakan atas omongan saya tadi.
"Sederhana kok caranya," lanjut saya, "bila Bapak sudah menerima lima liter, bagikan saja yang tiga liter kepada yang membutuhkan. Niscaya Yang Di Atas bakal memenuhi rejeki Bapak menjadi lima liter lagi. Begitu seterusnya. Bagikan terus dan terus... setiap Bapak sudah penuh dengan rejeki.Makin banyak kita berkurban, makin getol Tuhan memenuhi karung rejeki kita."
Pak gendut mengangguk-angguk mantap. Entah apa dia menganggap saya sebagai orang bijak, atau tukang kutip kotbahnya AA Gym, atau... jangan-jangan dia tahu kalau saya ini cuma tukang bermain kata-kata....
Selamat menyambut Idhul Adha!
original post by anang, yb