Biarkan saja orang parpol dan pedangdut berasyik-masyuk. Itu lagu lama yang dilantunkan sejak Orde Baru menguasai negeri ini.
Bicara soal asyik-masuk dan dikaitkan dengan janji pernikahan, saya jadi ingat Mas Jiti. Dia garang saat menjadi korlap penentang orde baru. badannya item karena keseringan demo di jalanan. Tapi dia keok di hadapan pastor.
Kala itu dia sedang menjalani ujian kanonik -semacam uji fit and proper test- yang wajib dijalani orang katholik saat mau menikah. Pengujinya pastor. Dan pastor berhak untuk berkata TIDAK bila dirasa pasangan calon nikah bermasalah.
"apakah kamu mengakui perkawinan katholik adalah perkawinan yang SATU dan tidak TERCERAIKAN?" tanya pastor.
"Ya, romo." jawab Mas Jiti tangkas.
"Apa yang akan kamu lakukan bila kata orang, isterimu berselingkuh?".
"Saya tidak akan mempercayainya, romo. Saya sangat mengenal dia."
"Apa yang akan kamu lakukan bila kamu sendiri memergoki isterimu berselingkuh?"
"Saya tetap mencintainya, romo." jawab Mas Jiti dengan intonasi lebih lambat. "Saya akan membimbingnya, romo."
Pastor menatap Mas Jiti dengan tajam. "Apa yang akan kamu lakukan bila kamu memergokinya di kamar hotel ?"
Mas Jiti tidak langsung menjawab. Ada keringat sebesar biji jagung di tengkuk dan keningnya. "Saya tetap akan mempertahankan perkawinan saya, romo. Semampu saya. Dengan bantuan Tuhan tentunya."
Pastor semakin bersemangat. "Apa yang akan kamu lakukan bila isterimu lebih menyukai pasangan selingkuhnya daripada kamu ?"
Mas jiti gelisah.
Pastor lebih bersemangat sekarang. "Apa yang akan kamu lakukan bila isterimu meninggalkan kamu dan tinggal serumah dengan pasangan selingkuhnya ?"
Mas jiti mati kutu. Tak ada lagi suara menggelegar sekeras orasinya di depan gedung DPR.
Pastor memandang Mas Jiti dengan pandangan lebih teduh. "Apa yang akan kamu lakukan bila isterimu tinggal serumah dengan pasangan selingkuhnya, hamil, punya anak, dan akhirnya pindah agama mengikuti pasangan selingkuhnya ?"
Mas Jiti lemas. Mulutnya terkunci. Persis seperti pejabat yang sering dia umpat-umpat seenak perutnya.
>> Tempatkan Tuhan sebagai "orang ketiga" dalam perkawinanmu. Posisikan Dia ditengah-tengah. Dialah power glue perkawinan. Kekuatan yang merekatkan. Bila itu kamu lakukan sejak awal mengikat janji, niscaya tidak ada hantu perkawinan mengejarmu dengan pertanyaan: "Apa yang akan kamu lakukan bila ..."
Tetap semangat! anang, yb