Apr 22, 2007

PILKADA: jadi Kunci ataukah (masih) Sekadar Gantungan Kunci ?


Bulan lalu saya kehilangan satu kesempatan memperoleh pengalaman baru, jadi panitia pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) di "kampung" saya.

Bukan cuma kesempatan jadi panitia yang menguap, tapi juga kesempatan dapet honor panitia yang (konon) nilanya (saat diterima panitia hanya tinggal) seratus ribu rupiah.
Saya cukup rajin ikut coblosan, termasuk saat milih presiden. Saat itu saya begitu menggebu mensukseskan pemilu sampai-sampai saya tidak mau berlama-lama di bilik pencoblosan. Kasihan yang ngantri di belakang. Jadinya -biar cepat- kartu suara tak perlu saya buka lipatannya. Bluzzz! Tembuslah kartu suara. Ibarat pepatah menggunting eh.. mencoblos dalam lipatan.
Sayangnya, yang begitu tidak bisa saya praktekkan saat Kab. Bekasi ada pilkada. Saya pas melanglang buana di Kepulauan Natuna.

Apakah saya menaruh harapan pada hasil pilkada di Bekasi? Sebetulnya iya, tapi tidak banget-banget.
Saya belum begitu yakin: apa bisa pilkada menjadi KUNCI pembuka pintu menuju Indonesia yang lebih manusiawi, elegan, adil, termasuk menghargai hak-hak saya yang sering dianggap warga minor?
Apa iya, kalau pilkada sukses, dana Bantuan Operasional Sekolah nantinya bisa dicairkan kepala sekolah tanpa disunat orang-orang dinas pendidikan Kabupaten?
Apa iya, nantinya ijin mendirikan rumah ibadah (apapun) bakal semudah ijin mendirikan rumah bilyar?
Apa iya, tidak ada perda aneh-aneh yang bakal bertelur seusai Bupati baru dari partai hitam putih dilantik?

Hemm, bila pilkada tidak juga membawa perubahan yang berarti, itu berarti pilkada barulah sebatas GANTUNGAN KUNCI, asesoris pemanis perjalanan negeri.

original post by anang, yb