Mar 20, 2007

Di Natuna saya membawa dua alat penunjuk arah: GPS dan Buku “Rahasia Sukses Terbesar”

Ada belasan titik lokasi terumbu karang yang harus kami amati. Semuanya –tentu saja- berada di dasar laut. Bukan perkara gampang untuk mencapainya. Laut seringkali dan lebih sering tidak bersahabat. Gelombang setinggi 2 meteran, angin kencang, dan perahu yang tidak stabil membuat kami harus pandai-pandai meniti laut.

Garmin tipe 76CSx cukup dapat diandalkan. Simpel, mudah dioperasikan, layar display lumayan lebar, dan memiliki akurasi hingga 4 meter.

Biarpun seringkali kami tidak mematuhi arah navigasi GPS (karena kami musti memutar menghindari jebakan batu-batu karang yang dangkal), GPS tetap kami genggam. Setidaknya ketika target lokasi sudah masuk radius 500 meter, pandangan kami makin lekat ke layar display.

Hitung mundur saat mendekati titik tujuan dari 500 meter ke 400, 200, …. 50…30..10 hingga 0 meter menjadi saat-saat mendebarkan, menegangkan dan tentu saja mengasyikkan. Kegembiraan makin tergenapi bila tim penyelam dapat menemukan tanda-tanda yang dipasang di lokasi tersebut dua tahun silam, walau mungkin hanya tersisa satu patok dan seutas tali pendek berlapis lumut di dasar laut. Lega sekali!

Inikah rasanya sukses terbesar?


Bagi saya –yang sudah terkontaminasi radioaktif yang terpancar lewat buku “Rahasia Sukses Terbesar”- setiap detik bisa berarti sukses terbesar. Karena sukses adalah mindset, bukan tujuan. Mindset yang mengalir dari resep sukses terbesar nomor satu: BERSYUKUR.

Mensyukuri setiap kesempatan dan kepercayaan yang sudah diulurkan orang lain kepada kita lewat kerja yang sungguh-sungguh, profesional, dan siap memberikan hasil terbaik. I do my best every chance I have.

Mensyukuri setiap hasil yang bisa genggam lewat usaha terbaik di dalam kekurangan kita. Be the best that I can be within my limitations.

Jennie S. Bev lewat buku karangannya “Rahasia Sukses Terbesar” telah menjadi alat navigasi saya dalam menjalani profesi geografer secara self employed. Perjalanan meniti profesi tahun demi tahun tak ubahnya seperti mencari lokasi terumbu karang: dihadang gelombang, angin kencang, dan hamparan batu karang yang tiba-tiba menyembul.

Setidaknya, saya merasa cukup dekat dengan Jennie karena beberapa percik pikirannya sealiran dengan prinsip saya. Ini dia beberapa diantaranya:

a. “semakin banyak saya membagi yang saya punya, semakin banyak pula berkat yang saya punya.”
b. “saya tidak percaya kepada mencari jalan. Sebaliknya saya mengkonstruksi jalan hidup saya sendiri”
c. ‘ketika saya bekerja, saya bermain. Ketika saya bermain, saya bekerja.”
d. ‘tinggalkan ajaran untuk merangkak dari bawah. Berpikirlah out of the box: Saya memulai dari atas!”

Ah, sudahlah. Tulisan ini terlalu panjang untuk sebuah blog bila diteruskan. Yang pasti, 12 hari di Natuna, di ransel biru saya selalu terselip dua alat navigasi. Satu bikinan Garmin dan satu lagi dari Jennie. Berkat keduanya jalan saya lebih terpandu.

Tetap semangat!


original post by anang, yb