Jan 11, 2006

Kearifan Prajurit



Kami tidak jadi memasang tenda. Danton menawari kami untuk menginap di barak. Danton (komandan peleton) yang satu ini masih muda. Barusan naik pangkat. Pantas saja sewaktu kami singgah, sekitar jam 10 pagi, matanya masih merah. “kami barusan bangun. Semalaman begadang. Beberapa anggota naik pangkat.” Tuturnya merendah. Padahal satu diantara yang naik pangkat adalah dia juga.

Barak yang mereka tawarkan kepada kami terletak di belakang Pos Terpadu Indonesia-Malaysia Simanggaris, sekitar 700 meter dari garis batas kedua negara. Di sekitar lokasi inilah tim kami datang untuk mencari lokasi dan berencana membuat disain tata ruang pos lintas batas darat plus fasiltas pendukungnya.

Tadinya kami kira kami harus membuat tenda di tengah hutan, nyatanya ada danton yang baik. “Tapi mohon maaf, tilamnya banyak kutunya”, kata danton. Saya pikir tilam adalah tikar, nyatanya bukan. Tilam yang dia maksud adalah kasur busa tebal. Tampaknya kualitas terbagus, dan tentu saja masih baru. Dan nyatanya tidak banyak kutunya.

Kami pun makan bareng. Menunya sederhana. Saya maklum. Bukankah seperti itulah gambaran yang dicitrakan media tentang kondisi prajurit ? Surprise-nya, saya diminta untuk mencicipi nasi kaleng. “Hati-hati mbukanya, Mas. Tangan bisa robek.” Nasehat salah satu prajurit saat melihat saya kikuk membuka kaleng nasi. Enak juga. Dalam kaleng sudah ada nasi plus daging berbumbu. Tidak perlu dimasak, cukup dipanasi saja. Konon ada juga yang kombinasi nasi dengan sayur, ataupun nasi-ikan, tapi saya tidak sempat mencoba, karena tidak ditawari lagi.

Saya hanya menginap semalam, esoknya saya sudah cabut ke Jakarta. Beberapa teman angota tim surveyor saya tinggal di barak, mereka harus melakukan pengukuran topografi selama seminggu.

Belakangan saya baru sadar kalau danton lebih baik dari yang saya kira. Asal tahu saja, kamar yang kami tempati sebenarnya hanya khusus untuk yang berpangkat tinggi. Kamar danton saja tidak sebagus itu. Pantas lokasinya seperti bungalow dan hanya berisi dua bed.

Nasi kaleng berdaging pun seharusnya hanya disantap saat-saat khusus. Sehari-hari ya nasi plus sayur dan telur ataupun ikan asin.

Sehari di barak di ujung Kalimantan, memberi satu wajah baru tentang prajurit Indonesia, setidaknya bagi saya.