Jul 18, 2008
Negeri Hangat-hangat Mie Ayam
Ini posting saya ke 310 di blog ini. Wuih... banyak juga ya.
Senang rasanya menjadi tukang catat atas kejadian di negeri ini. Setidaknya obsesi menjadi jurnalis tersalur lewat blog.
Sebetulnya ada dorongan kuat untuk beralih dari tulisan kritis bernada komplain ke tulisan yang lebih positif. Tapi kok susah ya? Mungkin ada dua alasan kuat: pertama memang negeri ini masih butuh kritik,; kedua, kepribadian saya masih dilumuri sikap negative thinking hehehe...
Okey deh.
Saya mau nulis soal konsistensi khususnya segala macam gerakan dan kampanye yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Krisis energi listrik? Halaah...
Sejak kelas 3 SD kita sudah dikenalkan dengan istilah PLTA, PLTU, PLTD dst... Apa yang salah dengan negeri yang kaya dengan potensi pembangkit listrik ini ? (tuh.. kan, saya mulai cari-cari kesalahan hehe..)
Tampaknya ada salah kelola. Energi sedemikian murah, eh.. masih disubsidi lagi. Jadilah kita warga hedonis-energi listrik. Tak ada walikota atau bupati yang tak pasang lampu hias warna-warni di jalan protokol. Semua berlomba.
Di Bogor, tepatnya di kantor Badan Planologi Kehutanan, semua ruangan dipasang AC. Padahal kantor itu menempati bangunan bekas jaman kolonial lengkap dengan bukaan jendela sepanjang 2 meter dan plafon 4 meter. Sangat cukup untuk menjaring udara Bogor yang sepanjang hari sudah sejuk.Justeru karena dipasang AC, maka semua daun jendela dan lubang angin dan pintu selalu tertutup rapat.
Sutiyoso pernah bikin program matikan sebagian lift selewat jam masuk kantor. Ada juga aturan minimal suhu AC yang boleh diset. Ada juga aturan untuk mematikan lampu jalanan pada jam tertentu. Ada juga aturan untukmematikan listrik di gedung swasta selewat jam 7 malam. Di level pemerintahan pusat pernah ada pembatasan jam siaran televisi. Ada juga program penjualan lampu hemat energi di kantor-kantor PLN.
Tapi kemana lagi kampanye hemat listrik tersebut? Nyaris tak terdengar. AC di ruang rapat kantor-kantor pemerintahan masih menggigit karena sedemikian dinginnya. Lampu hias warna-warni dengan bentuk aneka rupa mulai dari burung garuda di simpang Pancoran, pohon kelapa di jalan sudirman ataupun lampu selang sepanjang puluhan meter masih saja berkelap-kelip di semua sudut jalanan.
Negeri ini memang negeri hangat-hangat mie ayam. Hanya lezat dan nikmat selagi masih hangat dibicarakan. Selepas itu, kembalilah kita pada selera asal. Hedonis!
original post by anang, yb