Apr 1, 2008

Asupan buat geografer: Ini teh susu..


Moga-moga anda masuk ke blog ini bukan karena lagi searching gambar ihik lewat google!

Saya cuma mau cerita soal makan. Bagi saya dan mungkin sebagian orang lain, makan adalah sebuah petualangan. Artinya, lidah saya terlalu longgar dan terlalu lemas untuk menolak makanan, termasuk jenis makanan baru. Rakus? Memang kadang iya..

Biarpun lahir, besar, dan moga-moga nanti masa tua bisa tinggal lagi di Jogja, tapi toh makanan yang tak manis pun saya suka. Duluuu.. rasanya mau muntah kalau minum teh tanpa gula. Berhubung saya sekarang cari makan di habitatnya orang sunda, maka rasa teh tawar pun terasa nikmat. Mak nyuusss...

Kelamaan survei di Jambi dan Riau pun mengubah kesukaan selera makan. Mengingat kala itu hampir setiap hari cuma nemu masakan Padang, maka sayur pedas bersantan pun kini menjadi favorit saya.

Bagaimana dengan minuman? Ini beda lagi. Pernah dua kali saya musti menelusuri Kalimantan dari pucuk bawah Kalsel hingga wilayah perbatasan dengan Malaysia di ujung utara Kalimantan. Apa yang saya temui? Susu kedelai alias soya selundupan hampir selalu saya temui di warung-warung. Enak lho... Keranjingan susu kedelai terus berlanjut hingga sekarang. Jadinya, tiap sabtu saya selalu berlangganan susu kedelai segar walau cuma setengah liter.

Tapi tetap saja ada yang tidak berubah. Bibir saya tetaplah perawan dari sodokan lintingan tembakau. Resikonya, saya adalah perokok pasif di antara para pembakar paru-paru. Kalau sudah begitu, saya memilih untuk menyeruput milo ... sluruup....!
Termasuk saat lembur di rumah, tentunya. Ada laptop tentu ada milo!

original post by anang, yb