Oct 19, 2007

Trappist Cookies


Hayo....
Lebaran kemaren sempat nyicipin makanan apa saja? Opor dan ketupat doang? Capeeek deehh..!
Di rumah saya, hari bergembira nasional ini dimeriahkan dengan kue-kue kering dan cookies. Sama seperti natal dan paskah lalu, kue kering yang tersaji bukan kami beli di pasar senen ataupun carrefour. Isteri saya lebih memilih kue-kue buatan para pertapa. Hemm... kayak apa sih kuenya?

Nggak beda kok bentuk, aroma, dan kemasannya. Untuk lidah saya yang sudah rada tumpul, rasanya pun sama enaknya dengan kue kering lainnya, tapi tidak menurut isteri saya, jauuh... lebih enak, katanya. Isteri saya paling suka keju kering, sedangkan saya lebih menyukai yang manis. Oh ya dimana sih belinya? yang jelas bukan di supermarket! hehehe....

Coba deh liat gambar kemasan kue yang menyertai tulisan ini. Ada tulisan 'Trappist' dan "Rawaseneng' di situ. Bagi yang belum tahu apa itu trappist silakan buka wikipedia deh, tapi intinya, saya mau mengatakan bahwa kue enak yang kami santap di hari-hari spesial, dibuat nun jauh di lereng jurang di tengah kebun kopi. Keju yang kami santap berasal dari tempat itu juga yang merupakan peternakan sapi, sekaligus perkebunan kopi, sekaligus pertapaan para rahib, sekaligus tempat retret bagi mereka yang mencari keheningan.

Seperti ditulis oleh Kompas, Pertapaan rawaseneng ini terletak di hamparan hutan pinus yang tersusun rapi. Hutan itu biasanya menuntun semua orang yang melewati bukit berkelok dan penuh tanjakan itu menuju satu tempat yang begitu sunyi dan terpencil, pertapaan Cistercensis Santa Maria (CSM), yang juga dikenal sebagai pertapaan Ordo Trappist.

Pertapaan itu sendiri seluas 178 hektar dan hanya dihuni oleh 33 rahib. "Meski kami lari dari dunia ramai, bukan berarti kami lalu acuh terhadap sesama dan kehidupan ini" papar Abas Frans Harjawiyata OSCO seperti dilaporkan oleh Pondok renungan. Untuk itulah meskipun jumlah rahib hanya 33 orang, tapi jumlah pekerja ada 100 orang yang masing-masing menghidupi rata-rata 3 anak dan istrinya. Pekerja-pekerja inilah yang mengelola ternak sapi, memerah dan mengolah susu, membuat keju, memelihara hamparan kebun kopi, dan mengolah kopi menjadi bubuk yang nikmat untuk diseduh.

***

Masih ada beberapa potong cookies tersisa di toples kami. Tapi jangan kuatir, malam minggu nanti pasti akan langsung ludes saat kami menikmati acara Extravaganza di TransTV. Bila tak ada lagi kue buatan tangan para trappist, tentunya isteri saya siap mengirim SMS ke pertapaan Rawaseneng untuk dikirimi kembali kue kering tersebut. Begitulah cara memesan kue kreasi para rahib.

Lebih jauh mengenai pertapaan Rawaseneng Temanggung:
Pertapaan trapist Rawaseneng
Memenuhi Panggilan dalam Hening
Pertapaan Rawaseneng buat saya adalah wisata spiritual
Ke Rawaseneng untuk melihat eloknya pemandangan alam sekitar
Ziarah rohani ke Rawaseneng

original post by anang, yb