Jul 3, 2006

Pak Eko masih di tenda biru

Sore ini (3/6) tanpa disangka, Pak Eko menelepon saya. Surprise. Pak Eko -nama lengkapnya Eko Dahat Kuncoro- adalah teman seangkatan waktu masih kuliah di Fak. Geografi UGM. Tapi jauh sebelum itu dia adalah teman sepermainan saya; bahkan sejak potongan rambut kami masih punya "buntut urang".
Karena sama-sama tinggal di Bantul, tidak jarang kami pulang kuliah bareng. Dia naik RX King dan saya naik Suzuki bebek.
Hari ini dia menelepon saya. Semata-mata untuk menanyakan keadaan keluarga saya di Bantul. Hemm, untuk kesekian kalinya saya mengulang cerita yang mulai terasa tidak menarik: rumah roboh, ibu ngungsi di Kediri, dst... Walau saya mengalami sendiri bencana gempa, namun saat ini cerita gempa bukan lagi hot news buatku.
Sekadar mengisi obrolan dengan Pak Eko, saya pun balik menanyakan keadaannya.
Jawaban Pak Eko membuat saya jadi begitu kecil dan malu. "Aku masih di tenda biru.." jawab Pak Eko sambil terbatuk-batuk. Tampaknya dia masuk angin. "Rumahku juga nggak bisa dipakai..," papar Pak Eko datar.
Ah, maafkan aku Pak Eko.karena di sini, -di Jakarta- setelah sebulan berlalu aku mulai lupa dengan gempa. Asyik dengan internet, jalan-jalan di Bobo Fair, nonton film "Cars", berenang tiap Selasa dan Jumat...
Sungguh, sapaan Pak Eko membuat saya jadi begitu kecil dan malu.

(Gambar Gereja Klodran terkoyak gempa; disini dulu kami biasa nyolong jambu dan kedondong)